RSS

DI ATAS SAJADAH USANG, CINTA PASRAHKAN HIDUPNYA

21 Des

Cinta tertunduk, duduk di pojok kamarnya. Dia seakan tak percaya apa yang dia dengar. Hatinya dengan gundah gulana masih menanyakan hal yang sama sejak dia meninggalkan ruang praktek dokter.

Apakah harus….?

Memang haruskah….?

“Ya Allah……” bisik Cinta lirih. Selirih hatinya yang pilu. Selirih gema air mata di pipinya.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
“Sore mba…..mari silahkan duduk.” Sapa dokter dengan senyum ramahnya.

“Apa yang mba rasakan….?”

Cinta menceritakan sakit yang dirasakannya. Dan sudah berapa lama dia mengalami sakit tersebut. Tiba-tiba sang dokter memegang pergelangan tangan Cinta untuk memeriksa denyut nadi Cinta. Cinta kelabakan karena tak terpikir olehnya akan bakal dipegang pergelangan tangannya. Sebenarnya itu adalah pemeriksaan awal yang wajar dan selalu dilakukan oleh seorang dokter sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya. Masalahnya ada di cinta. Sudah 6 bulan ini Cinta tidak mau di sentuh oleh seorang laki-laki yang bukan muhrimnya. Dia selalu berusaha menjaga hal itu.

Dalam keadaan masih bingung sang dokter menyuruh Cinta berbaring untuk melakukan pemeriksaan berikutnya. Dokter memeriksa bagian dada, dan rusuk Cinta. Beberapa kali dokter harus mengulang menyuruh Cinta untuk menarik nafas dan mehembuskannya. Cinta bukan tidak mendengar apa yang disuruh dokter tapi dia tak focus dengan perkataan dokter, hatinya masih dirasukin rasa was-was, takut sang dokter memeriksa dadanya dengan menyingkap bajunya karena untuk mendapatkan data yang akurat.
Akhirnya Cinta bernafas lega dan syukur ketika dokter memeriksa tanpa harus menyingkap baju bagian dadanya.

“Sekarang saya, akan memeriksa bagian perut ya mba…?

“Apa….?” Cinta kembali panas dingin. Memeriksa bagian perut….? Berarti Cinta harus menyingkapkan sedikit baju di bagian perutnya.

“Baik dok, tapi…..”

“Kenapa mba…..?”

“Dokter harus memakai sarung tangan dan disaat dokter memeriksa perut saya, dokter harus tutup mata. “

Dokter tersenyum-senyum mendengar permintaan Cinta, yang terasa aneh baginya. namun sang dokter memakluminya. Dan memenuhi permintaan Cinta.
Cinta tak henti-hentinya menatap sang dokter, bukan karena mudanya, tapi takut kalau-kalau sang dokter membuka matanya saat dia memeriksa perutnya, sambil membatin dalam hati “ Kenapa aku terjebak dengan dokter laki-laki, biasanya di sini bila aku berobat dokternya wanita. Apa mba itu tidak lagi praktek di sini …..?”

“Sudah mba…”

Dengan cepat-cepat Cinta menutup perutnya.

“Sekarang saya mau mba menimbang berat badannya….”
Cinta melangkah ketimbangan.

“Sebelum ini berat badan mba berapa….?”

“65 Kg dok…”

“Hmmm, kapan itu mba?”

“3 bulan yang lalu”

“Berarti dalam 3 bulan ini, berat badan mba turun 7 kilo. Apa mba menjalani diet…?”

“Ga dok, seumur hidup saya ga pernah diet.”

“Hhhmmmm…baiklah, kita lakukan pemeriksaan selanjutnya.”

Setelah selesai serangkaian pemeriksaan dijalani oleh Cinta. Tibalah saatnya Cinta harus mendengarkan keterangan dari dokter tentang sakitnya.Cinta berusaha menenangkan dirinya.

“Mba…… mba sebaiknya harus menjalani operasi…”

“Apa dok….? Operasi….?” Cinta seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya

“Iya mba…. Kalau tidak diangkat mba akan mengalami peradangan. Dan itu akan mengganggu kesehatan mba.”

“Apakah tidak ada jalan lain dok?” tanya Cinta dengan lirih, hampir-hampir dia tak mampu memendung air matanya yang mengalir menumpahkan kesedihan hati Cinta.

Dokter mengerti dengan keterkejutan dan ketidaksiapan Cinta.

“Baiklah mba…. Sekarang untuk sementara saya kasih obat saja dulu dan tolong dihabiskan ya mba, kita lihat angsurannya setelah ini.”

“Mba ….. saya lihat kurang istirahat, jadi saya ingin mba banyak-banyak istirahat. Istirahat badan dan pikiran. Semoga cara ini akan membantu kesembuhan mba.”

“Ya dok….” Sahut Cinta lirih sambil berkata dalam hati, “haaa… andaikan engkau tahu dok apa yang aku alami dalam hidupku. Banyak beban batin yang harus aku pikul dan harus aku uraikan satu demi satu dalam jiwa dan hati ini dengan pikiran yang dituntut untuk tetap waras.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
“Ya Allah haruskah aku menjalani operasi ini …..?’ Cinta masih membantin di pojok kamarnya dengan uraian air mata membias kebingungan.

Perlahan Cinta bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya untuk mengambil wuduk. Dia ingin bertemu dengan Terkasihnya, ingin menumpahkan semua yang dia rasakan, dalam Sujudnya yang dalam dan heningnya zikir. Berharap mendapatkan kekuatan dari Terkasihnya untuk dia tegar. Dan melantunkan ayat-ayat suci dari kalam Ilahi mengharap mendapatkan ketenangan dari Terkasihnya.

Dengan penuh kekusyukan Cinta bercakap-cakap dengan terkasihnya dalam doanya yang panjang.

“Ya Allah…..dengan ketiadaan daya hamba-Mu yang lemah dan sangat hina ini. Datang bersimpuh di pintu-Mu. Mengadukan duka hamba kepada Engkau ya Robby. Bukan hamba tidak bersyukur atas apa yang sudah Engkau gariskan pada hidup hamba. Tapi hamba tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi selain Engkau ya Allah…..”

“Ya Allah…..hamba yang yang tak berdaya dan sangat hina ini memohon kepada Engkau, agar sudi kiranya Engkau memberikan sedikit kekuatan-Mu pada hamba dan sedikit Sabar dan Rido-Mu pada hamba, agar hamba bisa berdiri tegak dan ikhlas menerima ujian berikutnya dari-Mu.”

“Ya Allah…..pertemuan hamba dengan ibunda yang hanya beberapa jam pada waktu yang lalu, telah membuat hati hamba terenyuh dan menangis. Disaat hamba lihat betapa beliau susah untuk melangkah, kaki itu seperti hampir diseret kalau berjalan. Disaat beliau memijit pundak hamba, dengan kasih sayang dan kerinduannya, hamba dapat merasakan tiada lagi tenaga ditangan tua yang keriput itu. Pijitan itu hamba rasakan seperti belaian.
Bagaimana mungkin hamba akan mengabari keadaan hamba kepada beliau. Sungguh ya Allah…. hamba tidak sanggup menambah beban derita beliau, karena sampai detik ini hamba belum bisa berbakti kepada beliau. Belum bisa membalas jasa dan budi beliau yang dengan sabar merawat hamba dari kecil dengan kasih sayang dan cintanya yang begitu tulus dan besar kepada hamba.
Ya Allah…. kalau boleh hamba memohon kepada-Mu, berilah kekuatan dan kesabaran pada ibunda dan ampunilah dosa-dosa beliau serta berilah kesembuhan pada hamba. “

“Ya Allah hamba yang tiada daya upaya dan sangat hina ini, memohon kepada Engkau bukan karena ingin menentang ketentuan Engkau. Karena hamba percaya pada ketentuan Qadha’ dan Qadar. Dan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin dan ketentuan-Mu Ya Allah.
Dan tidak pula hamba ingin ingkar atas perjajian hamba dengan Engkau dahulu sebelum Ruh hamba Engkau turunkan ke alam fana ini.”

“Ya Allah hamba yang lemah dan sangat hina ini memohon kepada Engkau, karena Engkaulah kiblat hamba, tempat hamba kembali nantinya.”

“Ampuni semua dosa-dosa hamba ya Allah……. Aminnnnnnnnnnn…”

Cinta masih menangis sesugukkan di atas sejadah usangnya, dengan badan gemetaran. Dia sangat takut kalau Terkasihnya murka dan meninggalkkannya. Dia sangat takut bila tidak bisa menjadi hamba yang selalu bersyukur dan sabar atas ketentuan Terkasihnya. Ketakutannya ini lebih besar dari pada ketakutannya pada meja operasi.

Tapi Cinta yakin dengan cinta dan kasih kasih sayang yang Agung serta pertolongan dari Terkasihnya.

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 21 Desember 2011 inci Cerpen

 

Tag: , , , ,

3 responses to “DI ATAS SAJADAH USANG, CINTA PASRAHKAN HIDUPNYA

  1. someone

    24 Desember 2011 at 6:35 pm

    Banyak-banyaklah bersabar, karena dengan kesabaran ALLAH akan memuliakan kita.
    Tak ada makhluk didunia ini yang tak pernah mendapat ujian dari-Nya dan tiada daya upaya yang dilakukan makhluk selain telah berusaha dan hidup apa adanya.

    Kasih ibu yang begitu tulus membelai, menyiratkan sebuah makna bahwa suatu saat Engkau akan bahagia dengan doanya. Semoga ALLAH swt merestui Qadha dan Qadhar ini…

    Teruslah bersujud…hingga engkau tak mampu lagi menatap langit. Suatu saat diatas sajadah usang itu, engkau akan temukan kekasih sejatimu..Amin..

     
    • putianggraini

      26 April 2012 at 4:32 am

      makasih atas pencerahannya… semoga Allah selalu bersama kita…aminnnnnnnnn (aku nangis baca komen mas…mengharukan)

       
  2. Media Desa

    25 Januari 2012 at 4:45 pm

    Cinta… semestinya ia berobat ke Dokter Cinta??

     

Tinggalkan Balasan ke Media Desa Batalkan balasan